Analisis
Syair Nasihat Karya Raja Ali Haji
Biografi Raja Ali Haji
Nama
Lengkap RAH adalah Raja Ali al-Hajj ibni Raja Ahmad al-Hajj ibni Raja Haji
Fisabilillah bin Opu Daeng Celak alias Engku Haji Ali ibni Engku Haji Ahmad
Riau. Ia dilahirkan pada tahun 1808 M di pusat Kesultanan Riau-Lingga di Pulau
Penyengat (kini masuk dalam wilayah Kepulauan Riau, Indonesia).
Beberapa karya Raja Ali Haji yang terkenal seperti Syair Nasihat
di atas, dan Syair Nasihat Kepada Anak, lebih banyak berisikan nasihat
bertemakan kepemimpinan. Hal ini bisa jadi dipengaruhi oleh lingkungan di
mana Raja Ali Haji lahir dan dibesarkan. Kakeknya, Raja Ali Haji Fisabilillah
adalah keturunan keluarga kerajaan Riau. Sementara neneknya, Opu Daeng Cellak
memiliki garis keturunan dari kerajaan Bugis.
Selain
dibesarkan di lingkungan kerajaan, Raja Ali Haji semasa mudanya juga telah
memangku beberapa jabatan penting. Ketika usia Raja Ali Haji telah mencapai 32
tahun, ia beserta saudara sepupunya dipercaya memerintah wilayah Lingga untuk
mewakili Sultan Mahmud Muzaffar Syah, yang pada saat itu masih berumur sangat
muda. Pada tahun 1845, Raja Ali Haji diangkat sebagai penasehat keagamaan
kesultanan. Selain itu, Pekerjaan sebagai penanggung jawab bidang hukum Islam
di Kerajaan Riau-Lingga diemban oleh RAH hingga ia meninggal pada tahun 1873.
Selain
memangku jabatan kesultanan, Raja Ali Haji juga terkenal sebagai seorang ulama
terkemuka. Oleh karena itu, karya-karya Raja Ali Haji banyak berisikan nasihat
tentang kepemimpinan dan keagamaan. Lingkungan dan pengalamannya benar-benar
memberikan warna tersendiri pada karya-karyanya yang berisikan nasihat.
Sekilas tentang Kepemimpinan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pemimpin diartikan dengan orang yang memimpin (Depdiknas, 2002: 874). Sementara
itu, menurut Mumford dalam Mar’at (1982: 8) kepemimpinan adalah keunggulan
seseorang atau beberapa individu dalam kelompok, dalam proses mengontrol
gejala-gejala sosial.
Jadi,
kepemimpinan dapat timbul kapan dan di manapun, apabila ada unsur-unsur sebagai
berikut :
1. Ada orang yang
dipengaruhi atau anggota, bawahan, pengikut, kelompok yang mau diperintah, atau
dikomandoi;
2. Ada orang yang
mempengaruhi atau pemimpin, yang memberi komando, pembimbing;
3. Ada pengarahan kepada
suatu tujuan oleh orang yang mempengaruhi atau pemimpin (Mar’at, 1982: 37)
Analisis Isi Syair Nasihat
Syair
Nasihat di atas digolongkan sebagai karya sastra klasik, karena memiliki ciri
sbb :
·
Bercerita seputar kehidupan raja / kerajaan
·
Menggunakan bahasa kemelayu-melayuan
·
Menggunakan bahasa klise
·
Menggunakan majas perbandingan
·
Berbentuk syair
Dari
awal hingga akhir bait syair akan sangat terasa suasana kerajaan. Berikut akan
dibahas syair tersebut bait per bait.
Bait pertama :
Ayuhai segala pegawai sultan,
hendaklah jaga pada jabatan
Kamu itu seperti intan
Jangan dibuangkan ke dalam hutan
hendaklah jaga pada jabatan
Kamu itu seperti intan
Jangan dibuangkan ke dalam hutan
Pada
bait pertama, Raja Ali Haji mengungkapkan bahwa Sultan adalah figur yang sangat
penting. Nasihat beliau tercantum pada baris kedua, yang bermakna seorang
sultan hendaknya memiliki sifat amanah. Pada baris ketiga, Raja Ali Haji
menggunakan majas asosiasi, yaitu majas perbandingan yang mengungkapkan sifat
manusia seperti benda mati. Dalam hal ini, sultan oleh Raja Ali diibaratkan seperti
intan yang amat berharga. Bait ini ditutup dengan baris keempat yang
mengungkapkan bahwa seorang sultan harus pandai menempatkan dirinya, bukan
justru mengasingkan diri dari rakyatnya.
Bait kedua :
Ayuhai segala raja menteri
Serta pegawai kanan dan kiri
Hendaklah jaga ingatkan negeri
Perompak penyamun, kompak mencuri
Serta pegawai kanan dan kiri
Hendaklah jaga ingatkan negeri
Perompak penyamun, kompak mencuri
Pada
bait kedua, Raja Ali Haji memberikan nasihat kepada para pemangku jabatan
secara keseluruhan. Hal ini tampak pada baris pertama dan kedua yang
menyebutkan raja, menteri, serta pegawai kanan dan kiri. Artinya, bahwa para
pemangku jabatan di kerajaan tidak bisa bekerja sendiri, namun haruslah bekerja
secara bersama-sama. Antara raja, menteri, dan pegawai memiliki peran dan tugas
masing-masing, namun tetap memiliki tujuan yang sama. Pada baris ketiga
disebutkan tugas para pemangku jabatan tersebut yaitu untuk menjaga ketentraman
dan keamanan negeri. Pada baris keempat, disebutkan bahwa perompak dan
penyamun, sebagai pengganggu keamanan negeri, kompak mencuri. Artinya, musuh
kerajaan itu membangun kekuatan dengan kekompakan, maka para pemimpin juga
seharusnya demikian. Bait kedua secara keseluruhan juga merupakan sindiran bagi
para pemimpin zaman sekarang, yang justru saling sikut dan saling berebut
kekuasaan padahal keamanan dan ketentraman masyarakat belum lagi tercipta.
Bait ketiga :
Kehidupan rakyat janganlah lupa
Fakir-miskin hina dan papa
Jangan sekali tuan nan alpa
Akhirnya bala datang menerpa
Fakir-miskin hina dan papa
Jangan sekali tuan nan alpa
Akhirnya bala datang menerpa
Bait
ketiga mengandung peringatan dan ancaman pada para pemimpin negeri. Diawali
dengan mengingatkan akan kehidupan rakyat yang berada dalam kesengsaraan. Baris
pertama dan baris kedua seolah menyampaikan pada para pemimpin bahwa di bawah
sana masih banyak rakyat yang menjadi fakir-miskin, hidup susah, sengsara, dan
melarat. Baris ketiga berisi nasihat agar para pemimpin tidak melupakan
tanggung jawabnya terhadap kesejahteraan rakyat. Baris keempat ditutup dengan
ancaman bahwa jika pemimpin lalai akan tanggung jawabnya, maka yang datang
tidak lain adalah bencana dan malapetaka.
Bait keempat :
Kacaulah negeri tidak terperi
Berdengki-dengki sama sendiri
Umpat dan puji sehari-hari
Kepada raja tidaklah ngeri
Berdengki-dengki sama sendiri
Umpat dan puji sehari-hari
Kepada raja tidaklah ngeri
Bait keempat secara keseluruhan menggambarkan akibat yang
terjadi jika pemimpin sudah lupa akan tugas dan tanggungjawabnya. Ini adalah
penjelasan dari bala yang diungkapkan Raja Ali
Haji pada bait sebelumnya. Pada baris pertama, Raja Ali Haji menggunakan majas
hiperbola yang menggambarkan kekacauan teramat dahsyat yang melanda negeri.
Baris-baris selanjutnya menegaskan bentuk kekacauan yang terjadi : ancaman
perang saudara, rakyat saling benci, bahkan tidak senang dengan pemimpinnya
sendiri.
Bait kelima :
Raja pun sudah hilang hebatnya
Kepada segala rakyat tentaranya
Sebab karena lalai alpanya
Serta dengan fasik zalimnya.
Kepada segala rakyat tentaranya
Sebab karena lalai alpanya
Serta dengan fasik zalimnya.
Bait
ini merupakan klimaks dari bait-bait sebelumnya. Pada baris pertama disebutkan
bahwa seorang pemimpin bisa saja jatuh kewibawaannya. Baris kedua menggambarkan
kembali bahwa raja adalah figur sentral di tengah rakyat dan tentaranya. Dua
baris pertama menggambarkan seorang pemimpin yang sudah tidak lagi dipercaya
oleh rakyat, bahkan tentaranya sendiri. Dua baris terakhir menutup nasihat ini
dengan menyebutkan sebab hilangnya wibawa seorang raja. Setidaknya ada dua
sebab : lalai dari tanggung jawab, dan memerintah secara zalim.
Nasihat untuk Pemimpin Masa Depan
Syair
Nasihat Raja Ali Haji di atas jika dicermati lebih jauh, sesungguhnya memuat
nasihat-nasihat yang berlaku untuk para pemimpin seluruh zaman. Setidaknya ada
beberapa tugas dan tanggungjawab seorang pemimpin terhadap rakyatnya :
1. Pandai menempatkan
diri di tengah rakyatnya
2. Membangun kerjasama
yang baik dengan menteri dan pegawainya
3. Menjaga stabilitas dan
keamanan negeri
4. Memperhatikan
kesejahteraan rakyat
5. Menjalankan amanah
dengan penuh tanggung jawab
6. Memerintah dengan adil
dan bijaksana
Selain
itu, pemimpin juga harus menyadari adanya bahaya dan ancaman yang mengganggu
negeri yang dipimpinnya, antara lain :
1. Pemberontak dan
pengganggu keamanan negeri
2. Perebutan kekuasaan
yang menimbulkan perang saudara
3. Hilangnya wibawa raja
di mata rakyat
Mencermati kondisi Indonesia saat ini, agaknya apa yang
disebutkan Raja Ali Haji dalam syair nasihat sungguh benar adanya. Saat ini
pemimpin sudah semakin hilang wibawa. Masyarakat semakin antipati dengan
pemerintah, sementara di kalangan pejabat sana banyak yang melakukan tindakan
korupsi. Ada juga yang sampai saling sikut karena berebut kekuasaan. Inilah
tanda-tanda datangnya bala yang
disebutkan Raja Ali Haji dalam syairnya. Maka, figur pemimpin yang adil dan
bijaksana tentulah sangat diharapkan oleh negeri ini. Pemimpin yang bisa
menyelesaikan segala permasalahan rakyat, mulai dari kesejahteraan hingga
keamanan, dan pemimpin yang amanah serta memiliki integritas dan kapabilitas
yang baik. Pemimpin seperti inilah yang diungkapkan seperti intan oleh Raja Ali
Haji, dan pemimpin seperti inilah yang diidamkan oleh negeri ini.
No comments:
Post a Comment